Kisah Nyata dari Pesisir

Bagaimana rasanya jika cemas dan rindu diaduk dalam satu gelas perasaan? Demikianlah Aminah membungkus perasaan itu dalam selimutnya. Hujan di luar semakin membawa pikirannya pada kenangan saat ia bermanja-manja di dada suaminya yang kini tengah dibuai ombak di atas kapal nelayan.

Di tengah laut lelaki sipit menggulung jala ikan ketika ketua pasukan memberi aba-aba kapal akan menepi. Betapa terang rasa kangennya saat jangkar telah ditancapkan. Mungkin memang lebih baik ia berkabar lewat telpon.

Tak peduli hujan mengguyur subuh,  tangannya yang kasar dan legam tetap merogoh saku celana jahitan pertama Aminah yang selalu ia kenakan saban melaut. Ada ponsel sekecil korek api di sana. Dan pada sambungan pertama, senyumnya merekah tak tertahankan. Dasar pengantin baru!

Suara bening Aminah mejawab salam dari seberang. Belum apa-apa, kilau cahaya panjang menyerupai pecut di langit menyambar benda menyala di telinga lawan bicaranya. Obrolan berakhir. Lelaki itu tersungkur dengan badan hangus dan berasap. Teriakan warga sampai di depan rumah Aminah. Mukanya pucat dengan bibir bergetar-getar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mampukah Menjadi Vegetarian?

Renungan Ikan-Ikan